Posts

Showing posts from 2014

Memo akhir 2014

Image
(Picture from here ) Hai, halo. Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2014. Karena tahun kemarin sudah bikin semacam kalaedoskop singkat mengenai hidup saya, kali ini saya ingin menjaga kebiasaan itu tiap akhir tahun. Mungkin bukan jenis kalaedoskop komplit, tapi hanya flash back singkat saja. Here we go. Awal tahun posisi saya sudah di rumah alias resign. Sehari-hari menjaga kehamilan yang kerap bolak-balik check up ke dokter karena bleeding atau flek. Bulan kedua, asisten rumah tangga buru-buru balik kampung. Sejak itu saya bangun lebih pagi untuk menyiapkan kebutuhan sekolah Chiya. Juga sore hari untuk ia mengaji. Ketika itu, siang hari selepas ia sekolah, kami berdua makan buah dingin sambil mengerjakan PR. It was good old days, by the way. Akhir April mulai was-was, flek masih saja hadir sementara usia janin makin matang. Takut sekali kenapa-kenapa. Diputuskan untuk sectio caesaria tanggal 2 Mei. Prosesnya cepat, tapi jauh lebih sakit. Alhamdulilah, saya dan

Sampai jumpa, Medela...

Image
Makin banyak botol yang tidak terisi :( Perpisahan ini adalah bulat keputusanku. Sempat ragu untuk benar-benar meninggalkanmu, namun akhirnya kupilih juga. Sebab sejatinya perempuan memiliki suara dan posisi politisnya apabila ia menyadarinya. Dan sejak dulu aku percaya, seorang ibu tidak dinilai baik atau tidak hanya dari susu yang diminum anaknya. Sebagian mungkin merasa ini keluhan tiada henti. Tidak melihatnya sebagai hal yang manusiawi. Tak apa, kadang hidup memang harus jalan sendiri. Mungkin sekitar tujuh bulan, Medela, kamu menemaniku. Membisikanku, menyemangatiku di tiap detik tanganku berjungkit berjuang meraih tetes demi tetes ASI. Aku harus beradaptasi dengan jari yang kapalan atau sendi tangan yang kerap nyut-nyutan. Tak pernah menyangka pekerjaan (yang dilihat sebagian orang) sepele ini ternyata melelahkan. Ya, Medela, lelah. Begitu banyak friksi, begitu banyak drama, ketika kita masih bersama. Kau mungkin satu-satunya saksi yang tahu bagaimana kantung ma

Talking about education (again)

Image
Gaya banget, ya. Bacain temennya buku cerita, padahal sama-sama blom bisa baca tuh :)) It started when I want to get some worksheet about “sorting numbers” . Soalnya pas Chiya kasih lembar ulangan harian matematikanya, dia banyak salah di materi itu. Karena saya pengen dapet worksheet yang bagus, jadilah saya googling. Tapi ternyata susah. Di beberapa website yang biasa saya sambangi buat cari worksheet, gak ada. Di beberapa situs lain juga gak ada. Mulailah saya curiga: sebetulnya materi ini diajarkan di luar nagari sana gak sih?   Well, since I’m not a pro for the expensive schools, no offense ya buat yang nyekolahin anaknya di sekolah mahal. We have to agree to disagree first :)   Googling worksheet pun berakhir dengan browsing materi belajar first grade di luar nagari. Iseng, saya coba search juga tentang “ when do kids learn substraction ”. Jawabannya hampir serempak: third grade. Jadi, ada perbedaan nih. Pertama , di sana tidak diajarkan untuk mengurutkan bilangan. A

Trimester Ketiga (updated)

Kali ini mau cerita tentang trimester ketiga, yah. Karena trimester kedua udah lewat, jadi diskip aja ceritanya *hihihihi*. Postingan ini semacam rangkuman gitu, karena kemarin-kemarin bener-bener gak kuat kalo ngetik lama di laptop. Hari ini usia kehamilan udah jelang 39 week. Ini didapat dari perhitungan hari pertama menstruasi terakhir. Kalo dari USG sih udah didapet HPL-nya (hari perkiraan lahir), yaitu estimasi sekitar 25 April sampe 4 Mei. Berat janin sampe terakhir kontrol Sabtu kemarin sekitar 2,9 kg. Panteslah, saya mulai pegel, susah bergerak dan berasa bawa badan segede traktor gituh… Kenaikan berat badan saya udah melampaui angka kenaikan waktu hamil pertama. Kalo dulu “hanya” sepuluh kilo sampai melahirkan, saat ini udah mencapai belasan (dan belum lahiran *glek*). Yang berasa banget sih pas ngaca, perut besaaaar banget. Yang lain juga sih *uhuk*   Nah, untuk persiapan melahirkan, sejak masuk trimester kedua saya dan suami mulai cari-cari rumah sakit yang bisa mengcov

Frequent-stupid-ly Asked Question

Image
Gambar dari sini Ada kalanya sejak masa kehamilan kedua ini tiap orang yang saya temui banyak bertanya soal kabar, kondisi kehamilan dan sebagainya. Masalah muncul ketika tiap orang bertanya hal yang sama. Bosen campur eneg. Belum lagi kalau orang yang itu-itu saja, bertanya hal yang itu-itu juga. Rada bebal sih, menurut saya. Atau dia gak punya bahan perbincangan lain. Atau dia punya short term memory loss . Atau… Yang pasti, sebagian dari mereka entah kenapa tiba-tiba merasa lebih canggih dari cenayang dan lebih pintar dari dokter SpOG. Mereka-mereka ini adalah orang yang memberi banyak nasihat tanpa saya minta. Kesannya baik, ya? Engga juga. Karena nasihatnya justru tidak saya butuhkan. Karena isi nasihat dan sarannya malah justru berisi kalimat-kalimat negatif. Boro-boro mensupport, kadang malah menyalahkan saya atas apa yang terjadi sama saya. Saya ini ibu hamil yang bahagia, lho. Tanpa komentar-komentar mereka, tentu saja. Nah, saking saya merasa sepertinya “gempuran” pe

Menjadi Kritis atau Pasif Adalah Pilihan

Image
Gambar dari sini Saya sebetulnya bukan tipe movie freak. Gak usah jauh-jauh deh, saya bakal lebih memilih nungguin film diputar di tivi daripada harus ke bioskop. Pergi ke bioskop bisa dihitung deh. Belakangan kebanyakan nonton di bioskop karena ngajak anak saya. Makanya saya engga aware sama film-film baru, hehehe... Film yang mau saya bahas adalah The Help (as seen above). Ini adalah film yang dirilis tahun 2011 dan baru saya tonton belakangan ini, hehehe... Itupun karena diputar di HBO. Kalo engga, mana saya ngerti ada film bagus macam ini :p Diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Kathryn Stockett, film ini temanya rasisme dari perspektif perempuan. Ngeri ya? :p Adalah Eugenia "Skeeter" Phelan (diperankan oleh Emma Stone), seorang jurnalis perempuan muda yang sedang merintis karir menulisnya dengan berencana menerbitkan sebuah buku. Ia adalah ikon perempuan pemberani yang tidak mengikuti jejak teman-teman sebayanya yang kuliah sembari mencari

Membuka pintu rejeki baru melalui bisnis online

Saat ini durian medan bukan hanya bisa dinikmati oleh orang Medan saja. Orang di berbagai wilayah di Indonensia pun sudah bisa ikut menikmatinya. Jalur perdagangan via dunia maya (online) kini memungkinan siapa saja bisa membeli barang dari mana saja. Bahkan, siapa saja bisa turut menjual barang dari mana saja. Bisnis berbasis internet kini semakin ramai dan merebak dari tahun ke tahun. Kemudahan yang didapat oleh kedua pihak (baik pembeli maupun penjual) semakin meneguhkan bahwa bisnis online dapat memiliki prospek bagus ke depannya. Di Indonesia sendiri, bisa dikatakan bisnis online dikelola oleh hampir semua kalangan. Pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai kantoran, hampir semua orang bisa melakukannya. Bagaimana tidak, yang diperlukan (selain modal tentunya) hanya satu: akses internet. Dan akses internet ini bukan lagi hal baru di muka bumi ini. Sejak masuknya smartphone ke Indonesia, sebetulnya saat itulah embrio bisnis online sudah dimulai. Akses 24 jam terhadap infor

Escape to Pekalongan

Nyambung postingan soal little escape ke Cirebon-Pekalongan, sekarang saatnya bahas perjalanan ke Pekalongan yah. Nah, untuk menuju Pekalongan, dari arah Cirebon kita bisa lewat tol Pejagan. Jalan tol yang konon dibuat oleh salah satu pengusaha dan petinggi parpol ini (tahun 2014 ini nyalon presiden juga bok!) menurut saya adalah jalan tol termahal yang pernah saya lewati. Jaraknya memang panjang, tapi material jalan yang menggunakan beton ini bisa bikin kondisi ban mobil lebih cepat tipis dan berisik. Ini jadi bahan gosip sepanjang perjalanan kami di mobil, hehehe… Dari Cirebon kami berangkat sekitar pukul 3 atau 4 sore. Sampai di Pekalongan pukul 9 malam. Ada beberapa titik yang lalulintasnya agak padat, sih. Dengan kecepatan maksimum (ada emak-emak bunting soalnya hehehe), relatif agak lama juga sampainya. Kami menginap di Hotel Hayam Wuruk Pekalongan. Kondisi kamarnya lebih baik hotel yang di Cirebon sih. Lantainya tidak bersih. Sebetulnya hotel ini kami pilih karena waktu itu m

#PuasaMediaSosial

Image
Gambar dari sini Dulu saya pikir orang yang tidak punya akun Facebook (FB) dan Twitter adalah makhluk nestapa di jagad dunia digital ini, hahahaha… Belakangan saya merasa justru mereka adalah orang-orang yang “punya kehidupan yang sebenarnya” di tengah pergumulan dunia maya sekarang. Mereka yang tidak peduli apa yang terjadi di media sosial, saya rasa adalah orang-orang yang memiliki kesibukan, pekerjaan dan banyak hal untuk dilakukan tanpa merasa orang lain harus mengetahui apa yang ia lakukan.   Bukankah memang salah satu makna media sosial adalah itu? Menunjukkan apapun kepada penghuni dunia media sosial tentang apa yang kita rasakan, kita lakukan. Melalui kata-kata, serangkaian kalimat ataupun foto. Sayangnya, batas antara “menunjukkan” dengan “pamer” menjadi lebur. Ukuran “ekspresif” dengan “hobi memaki” menjadi tidak ada bedanya. Hubungan yang awalnya hangat malah tergerus karena ada pilihan dalam media sosial untuk “menjadi mata-mata” tanpa diketahui pemilik akun.   Saa