:: muara senandika ::

It’s been a long time before I finally get blogging again. Whatta paradise to reread my writing and catch up on some comments. Yup, it’s such a paradise! And I’m going to share some paradise things with you. Of course in my own mind :)  First, I’d like to tell you a few things about work. I have resigned a couple of days ago and now I’m at my new office.  Should I have to tell you about it? No, I guess. It’s not that important. If you really want to know what I’ve been doing a year ago, please read this. But I won’t tell you what I’m doing right now and compare them. Bagi saya, lebih baik bekerja pakai hati, pakai passion. Jangan melulu soal duit.   Jadi begini, dulu sewaktu saya masih jadi full time mom, saya pikir bekerja itu asyik sekali. You can earn money, helps the family’s cash flow, and buy things you never bought before. But when I really get there (in my former office), things doesn’t work that good. Ada banyak hal yang harus dihadapi ketika bekerja. Satu hal yang bagi saya

Kalau sedang jalan-jalan, suka memperhatikan media advertising gede-gede di pinggir jalan, engga? Saya suka. Pertama, karena kalau sedang dalam perjalanan, saya suka melamun. Dan memandangi billboard menjadi salah satu pelampiasan indah buat saya. Kedua, papan billboard itu biasanya punya gambar-gambar yang catchy. Tapi, kadang papan-papan itu dianggap mengganggu estetika tata kota. Sampai-sampai konon ada Perda untuk "menertibkan" papan iklan super besar ini. But anyway, tahu engga proses bagaimana billboard bisa sampai terpasang di pinggir jalan dan akhirnya kita nikmati gambarnya sambil berkendara? I will tell you how (based on what I'm doing over a past year). Pertama, ada beberapa player di sini. Saya beri nama masing-masing, ya. Ada main client, sebagai pihak yang akan branding pada billboard. Ada agency yang provide data atau file desainnya. Dan ada advertising agency yang menyediakan titik-titik billboard untuk diisi. Advertising agency ini biasanya punya ti