#PuasaMediaSosial

Gambar dari sini
Dulu saya pikir orang yang tidak punya akun Facebook (FB) dan Twitter adalah makhluk nestapa di jagad dunia digital ini, hahahaha… Belakangan saya merasa justru mereka adalah orang-orang yang “punya kehidupan yang sebenarnya” di tengah pergumulan dunia maya sekarang. Mereka yang tidak peduli apa yang terjadi di media sosial, saya rasa adalah orang-orang yang memiliki kesibukan, pekerjaan dan banyak hal untuk dilakukan tanpa merasa orang lain harus mengetahui apa yang ia lakukan.
 
Bukankah memang salah satu makna media sosial adalah itu? Menunjukkan apapun kepada penghuni dunia media sosial tentang apa yang kita rasakan, kita lakukan. Melalui kata-kata, serangkaian kalimat ataupun foto. Sayangnya, batas antara “menunjukkan” dengan “pamer” menjadi lebur. Ukuran “ekspresif” dengan “hobi memaki” menjadi tidak ada bedanya. Hubungan yang awalnya hangat malah tergerus karena ada pilihan dalam media sosial untuk “menjadi mata-mata” tanpa diketahui pemilik akun.
 
Saat ini saya sedang pada titik di mana saya merasa media sosial itu tidak memberikan kontribusi positif. Bukan berarti sama sekali negatif, ya. Ada kok, positifnya, seperti: saya jadi tahu kabar terbaru teman-teman lama yang sudah berpencar daerah dan pulau. Pun saya jadi mengerti isu terbaru bahkan ketika televisi belum memberitakannya (lha wong sekarang beberapa televisi itu dapat bahan berita dari media sosial, kok, hihihi).
 
 Tapi yang saya rasakan kini adalah semacam rasa muak. Pernah merasa muak sama media sosial gak? Bukan bosan, ya. Karena rasa bosan bisa disiasati dengan hal baru. Kalau dianalogikan dengan pacaran yaaaaa, lagi jengah pengen break gitu deh *hayah* Dulu, saya menemukan keasyikan dalam pengalihan dengan bermain game yang disediakan oleh salah satu media sosial itu. Lama-lama, setelah kembali bosan, saya tidak menemukan hal lain yang lebih menggembirakan. Bosan yang makin akut lalu jadi muak.
 
Saya pernah deactivate akun Facebook dan lock akun Twitter beberapa saat yang lalu, namun akhirnya tetap sign ini dan unlock lagi. Kali ini, rasanya saya mau #PuasaMediaSosial deh. #PuasaMediaSosial ini bukan pengalihan, lho ya. Misalnya berhenti dari FB tapi tetep nge-Path, hehehe… Ya semacam berhenti sejenak (kalau sanggup ya berhenti total) dari media-media sosial itu. Kecuali blog! Blog menurut saya bukan kategori media sosial semacam itu dengan basis jaringan pertemanan. Blog adalah wadah menulis berbasis digital. Sistemnya jelas jauh berbeda dengan media sosial yang saya maksud. Blog lebih bertujuan untuk memberi informasi—tanpa tendensi untuk memperoleh jempol atau mengumpulkan komentar banyak-banyak. Berbeda ketika kita update status panjang-lebar di media sosial dengan posting di blog. Jelas, kan bedanya?

Saya percaya, akun media sosial awalnya dibuat untuk mencicipi media baru. Lalu dipakai sebagai time killer. Sembari menunggu antrian, mengisi waktu saat macet dan lain-lain. Tapi lama-lama media sosial yang sudah terunduh dalam smartphone kita membuat sebagian orang terdistraksi dari kehidupan yang sebenarnya. Ibu rumah tangga seperti saya ini sangat rentan mengabaikan anak jika sudah menggengam smartphone (mau diakui atau tidak). Seberapa sering kita mengalami pertemuan-pertemuan dengan teman lama tapi dalam pertemuan itu si teman kebanyakan mencuri lihat ponselnya? Atau berkunjung ke rumah sauadara dan kita berbincang di antara ponsel yang menutupi wajah? Atau kita harus bertanya berkali-kali kepada seseorang hanya karena ia tidak dapat melepaskan pandangannya dari ponselnya? 

Gambar dari sini

Mendekatkan yang jauh kemudian malah menjauhkan yang dekat, adalah perpanjangan dari yang sedang saya coba untuk uraikan kali ini. So far, saya baru bisa “menengok” media sosial sesekali dalam sehari. Belum sampai pada tahap delete account, hehehe… bagaimanapun, saya rasa lebih baik banyak menulis di blog daripada di kolom status.[]