Posts

Showing posts from December, 2013

Escape to Cirebon-Pekalongan (part Cirebon)

Image
Aroma liburan akhir tahun masih berasa, ya? Anak-anak sekolah sudah mulai libur sejak semingguan lalu. Yang bekerja sudah mulai ambil cuti. Momen akhir tahun kadang menjadi titik rehat yang selama setahun menjadi rutinitas. Saya dan keluarga kemarin sempat having a little escape juga. Saya sebut demikian karena memang sengaja menyempatkan diri untuk “pergi sejenak” dan mengambil dua-tiga hari di antara jadwal bekerja (buat mereka yang bekerja hehehhe). Bukan liburan sih, sebab ya itu tadi, cuma a little escape during work :D Jadi tempo hari itu saya dan suami rembugan mau escape ke mana. Karena saya lagi bunting dan tidak bisa pergi terlalu jauh dengan mobil (dan takut naik pesawat), kami memutuskan untuk escape ke Cirebon. Tadinya tidak mau pergi ke mana-mana, tapi karena si Akung tidak punya waktu banyak selama akhir tahun, jadinya disempat-sempatkan pergi. Mumpung saya masih bisa diajak jalan-jalan juga hehehe… Nah setelah rembugan bersama semua anggota keluarga, diputuskan

Cerpen gak-tau-mau-dikasih-judul-apa

Kayla Ini sudah yang kesekian kalinya. Bram tak datang lagi. Kayla mencoba sabar. Ditariknya nafas perlahan dan membereskan tumpukan quotation. Di sini--di dalam dadanya--ada gemuruh badai nan hebat. Ia kecewa. Bram Bram terdiam. Ada yang salah, gumamnya. Ada yang salah pada hubungannya dengan istrinya. Namun entah kenapa, ia memilih untuk berhenti memikirkan Lusi, istrinya. Bram-Lusi [dua bulan yang lalu] "Kamu engga usah bersikap seolah-olah kamu ksatria, Bram!", Lusi membentaknya melalui telepon. Mereka bertengkar lagi. Berselisih paham lagi. Lusi begitu murka ketika Bram menyuruhnya mencari pekerjaan lain selain sebagai executive director di sebuah perusahaan marketing research . Sementara Lusi merasa posisinya saat ini adalah sebuah self achievement baginya. Sebab ia adalah seorang life achiever --setidaknya begitu yang dikatakan lembar hasil test IQ-nya dulu. Sementara Bram, ingin Lusi mulai memberi kelonggaran pada pekerjaannya. Pada kariernya. Bram merasa kari

Marriageable: batas tipis menikah dan cinta

Image
Buku ini sebetulnya dibeli sudah agak lama. Tapi lalu “terbenam” oleh buku-buku baru lain yang kelihatannya lebih menarik dan ringan untuk dibaca. Marriageable ini cukup tebal untuk sebuah novel. So instead reading a thick book, I rather choose the thin ones hehehe… Sampai akhirnya buku-buku yang lebih tipis itu sudah habis dibaca. Oh, kecuali Amba dan Pulang yang masih waiting list (maap yah). Setelah coba melihat-lihat rak buku kembali, ternyata saya sudah pernah coba baca buku ini beberapa halaman. Entah kenapa waktu itu tidak diteruskan. Dan proses membaca kembali sebetulnya tidak begitu menyenangkan karena dua hal. Pertama, harus recall kembali ingatan akan isi buku jika mau langsung lanjut ke halaman berikutnya. Sementara kedua, kalau mau afdal ya harus turn back to page one *sigh* Karena saya pengangguran sedang banyak waktu, akhirnya meluruskan niat untuk mengkhatamkan novel ini dari halaman pertama (lagi). Overall, I gave 3 stars of 5 on Goodreads. Novel ini secara ge

Melek Huruf dan Budaya Literasi

Angka buta huruf di Indonesia konon menurun. Dengan makin bertambahnya melek huruf di Indonesia, mestinya jangkauan budaya literasi juga semakin luas. Tapi nyatanya tidak juga. Orang yang sudah melek huruf bahkan mendapat kesempatan sampai pendidikan tinggi pun bukan jaminan tingginya minat baca. Sebuah hal yang kontradiktif. Menurut situs ini , melek huruf didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Ini jelas sebuah definisi yang terlampau sederhana untuk melihat apakah melek huruf di Indonesia bisa untuk mengukur seberapa tinggi budaya literasinya. Mungkin kita sudah kerap mendengar kalimat ini: kemajuan sebuah bangsa diukur dari indikasi kemajuan penduduknya. Salah satunya melek literasi. Kalau mau dimaknai secara singkat, melek literasi sejatinya adalah kondisi keterbukaan diri akan berbagai informasi dari banyaknya media yang ada. Tapi hal ini tidak mencer

Sekolah, Pekerjaan Rumah dan Tugas Orang Tua

Belum lama ini saya join grup BBM (BlackBerry Messenger) khusus orang tua murid di kelasnya Chiya. Informasi yang saya dapat antara lain info PR, kegiatan, dan pengumuman-pengumuman. Karena saya tidak bisa antar-jemput Chiya (selain itu saya bukan tipe ibu yang rela sebagian waktu digunakan hanya untuk nungguin anaknya sekolah), jujur saja saya merasa banyak terbantu karena join grup itu. Saya jadi update info terbaru, sampai keluhan-keluhan para ibu soal PR dan ulangan. Sebagai informasi, Chiya tidak bersekolah di sekolah negeri. Kebijakan yang memprioritaskankan anak usia tujuh tahun untuk sekolah di sekolah negeri, membuat Chiya (yang kala itu masih enam setengah tahun) harus mencari sekolah swasta. Sekolah swastanya pun bukan sekolah yang mengadaptasi kurikulum internasional blablabla. Sekolah itu adalah milik yayasan institusi militer yang kami pilih karena dekat dengan rumah. Selain itu, sekolah ini hanya bergabung dengan TK saja. Tidak dengan jenjang SMP apalagi keroyokan den