Marriageable: batas tipis menikah dan cinta



Buku ini sebetulnya dibeli sudah agak lama. Tapi lalu “terbenam” oleh buku-buku baru lain yang kelihatannya lebih menarik dan ringan untuk dibaca. Marriageable ini cukup tebal untuk sebuah novel. So instead reading a thick book, I rather choose the thin ones hehehe… Sampai akhirnya buku-buku yang lebih tipis itu sudah habis dibaca. Oh, kecuali Amba dan Pulang yang masih waiting list (maap yah).

Setelah coba melihat-lihat rak buku kembali, ternyata saya sudah pernah coba baca buku ini beberapa halaman. Entah kenapa waktu itu tidak diteruskan. Dan proses membaca kembali sebetulnya tidak begitu menyenangkan karena dua hal. Pertama, harus recall kembali ingatan akan isi buku jika mau langsung lanjut ke halaman berikutnya. Sementara kedua, kalau mau afdal ya harus turn back to page one *sigh*

Karena saya pengangguran sedang banyak waktu, akhirnya meluruskan niat untuk mengkhatamkan novel ini dari halaman pertama (lagi). Overall, I gave 3 stars of 5 on Goodreads. Novel ini secara genre termasuk dalam kategori semacam Metropop (milik Gramedia), gitu. Fiksi dengan komposisi bahasa ngepop ini garis besar temanya adalah 30 something single woman yang dijodohkan oleh Ibunya. Bercerita dengan point of view orang pertama,

Flory, si tokoh utamanya, bergelut dengan dirinya sendiri untuk betul-betul meyakinkan dirinya pada sebuah pernikahan. Mungkin temanya rada basi, ya? Ada beberapa judul buku juga yang menulis ini-itunya perempuan single above 25. Marriageable ini mengambil angle secara kosmopolit dengan gaya hidup serta persepsi yang relatif bebas.

Selain tokoh utama, ada para tokoh pendamping yang merupakan teman-teman baiknya. Nah, mereka ini juga ikut berperan dalam “meramaikan” cerita. Kalau dipikir-pikir sih jadi seperti serial Friends atau How I Met Your Mother, gitu. Banyak dialog, banyak pertemuan dan celetukan-celetukan yang khas dan intim antarsahabat.

Kekuatan novel ini sih menurut saya memang ada pada gaya bertuturnya yang begitu ceplas-ceplos. Karena ngepop, buku ini menggunakan bahasa campur indonesia-prokem dan inggris. I love how the author (Riri Sardjono) puzzle up all the conversation between the characters without feeling boring. Ada kan, novel yang kebanyakan isinya dialog tapi cenderung membosankan. Apalagi, isi perbincangannya yang sangat segar dan penuh humor. Like this one:
Vadin menurunkan kepalanya dan berganti menatapku dengan wajah antusias. ‘Kata Kakek gue, Tuhan nyiptain waktu malam untuk cinta.’
‘Kakek lo Kahlil Gibran?’ tanyaku mencemooh.
Dengan jumlah halaman sebanyak 357 yang sanggup saya selesaikan selama dua hari (yep, I also need to take a rest and do all stuff too), rasanya Marriageable ini dapat dikatakan a page turner novel. Selain ngakak, saya juga ikut mbrebes mili (bahasa prancis untuk: berlinang air mata :p) baca beberapa halaman terakhir.

Tidak semua buku fiksi bisa menyeret para pembacanya untuk turut merasakan emotional bonding dengan isi cerita lho… Jadi, bolehlah saya bilang Marriageable berhasil soal ini.[]