Resign!: cara lucu menertawakan hidup (sebagai budak korporat, wk)
Sebetulnya, saya punya tanggungan nyelesain buku-buku dengan
urutan sebagai berikut: Kambing dan Hujan, Bumi Manusia dan Sapiens.
Untuk diketahui, Kambing dan Hujan sudah mulai dibaca sejak saya masih
di Jogja. Sementara Bumi Manusia sejak Mei silam. Dan Sapiens
saya beli awal Juni dari toko buku impor via online. Ketiganya overlap. Tumpang
tindih. Saat satu buku tak terpegang, saya lalu pindah ke lain hati eh buku,
maksudnya. Begitu terus. Hingga lama-lama tak ada satupun yang benar-benar
khatam. Ya saya sih udah biasa, hahaha.
Nah, buku Resign ini saya ketahui waktu lihat
snapgram seorang blogger favorit (ciyeee anak blogger!) bulan April yang lalu.
Dengan menganut falsafah: sekali stalking dua-tiga akun terlampui, saya
intip akun si penulis. Berakhir dengan lihat review di Goodreads. Kemudian
malah tambah penasaran. Hih!
Saya bukan tipe pembaca yang mudah berhenti di rak buku
fiksi dengan spesialisasi novel pop macam ini. Rasanya saya cukup jarang membeli
novel pop sebangsa chicklit. Tapi kalaupun membeli ya maunya yang
beneran klop sama selera saya. Riwil, pokoknya.
Beberapa judul yang satu ras dan memorable buat saya
antara lain: Jakarta Kafe, Marriagable, dan Test Pack. Oh,
mungkin Resign ini juga. No wonder I picked this book instead of
Sapiens, LOL.
Lalu, Resign ini bercerita soal apa?
Ya, cerita soal resign. Cerita seputar kehidupan
kantor yang berpokok pada pengunduran diri sebagai pegawai.
Kenapa tokoh utamanya (pengen) resign?
Sebab bosnya galak! Sebab jam kerjanya panjang. Sebab
tekanannya tinggi. Dan sebab-sebab klise corporate slaves lainnya.
Itu aja?
Ya engga, dong. Harus baca sendiri untuk tahu. *wink*
Oke. Buku ini buat saya memorable karena berhasil
“menghisap” kedirian saya ke dalam kehidupan tokoh-tokohnya. Saya sempat jadi
kangen balik ngantor lagi, lho! Haha. Rindu ngegosipin bos-bos. Rindu ngeluh
kerjaan. Rindu makan siang ke Sency *bahahah*. Rindu ketawa-ketiwi sambil
ngemil. Rindu lembur (eaakk). Dan yang pasti rindu gajian…~ Lah.
Bukankah tulisan yang dianggap berhasil adalah tulisan yang
membuat pembacanya merasa tokohnya “hidup”? Waktu membaca Resign, saya
merasa berada di antara mereka semua. Ikutan rapat, ikutan makan siang, ikutan
ketawa juga!
Nih, salah satu penggalan yang menurut saya lucu banget:
Aku jadi teringat pembicaraan The Cungpret dulu saat makan di KFC.“Itu kulit ayamnya disisain buat dimakan belakangan ya? Aku menunjuk piring Carlo.“Yoi. Gue makan yang paling gue suka belakangan,” katanya disela-sela kesibukan mengunyah ayam.Mbak Karen menyela, “Yaelah kere banget! Beli lagi aja sih ayamnya. Gue yang bayar deh.”(Hlm 220)
Selayaknya sebuah karya, pasti ada celanya, ya. Sekali lagi,
ini opini saya yang merupakan pembaca amatir, ya. Opini yang sebetulnya
berangkat dari ekspektasi yang mungkin terlalu tinggi. Celanya menurut saya gak
banyak. Kalau perkara akhir cerita, buat saya cukup ketebak, sih. Walau jalan ceritanya
tetap asik sebab dikemas dengan cara yang lucu. Banyak sekali celetukan,
candaan dan nyinyiran yang relateable namun mengejutkan. Cela yang dalam
pandangan saya ini adalah tentang orientasi tokoh-tokoh utamanya dan relasi
atasan-bawahan yang agak ganjil.
Nah, lalu, orientasi apa?
Orientasi hidup tokoh-tokoh utamanya. Ekspektasi saya sih
mereka berkembang bareng tanpa ada embel-embel “biak” di belakangnya. *spoiler*
And why they have to be together (and married soon)? Lalu
sindir-sindiran seputar “lo kapan kawin?”. As if, bahkan workaholic
pun ujung-ujungnya bakal pusing sama urusan nikah, hehe.
Kemudian, relasi yang ganjil seperti apa?
Yah, semacam… Bisa bantah atasan yang super galak (tanpa
dipecat atau dapet surat peringatan). Galakan anak buahnya lah, pokoknya. If I were her, I don’t think I could
defend myself like her. Jangankan bantah, kalo lagi ramean
bercanda aja ga berani sindir-sindiran, loh. Lalu kebetulan-kebetulan yang “too
superficial”. Tapi atas nama “jatuh cinta”, apa sih yang gak mungkin kan,
yaaa~
Gitu, deh. Soal ekspektasi, ya lebih baik dinikmatin aja. Buku
ini lucu, ringan, witty. Sebelum beli, saya pun baru tau kalo ini
tulisan jebolan Wattpad. Kerenlah.
Eh, btw, resign itu tidak melulu pertanda buruk. Itu
salah satu penanda kamu masih manusia. Ga pernah puas. Wkwk.[]