Bumi Manusia, a book review
Bumi Manusia hampir jadi buku nomer tiga di daftar buku yang gagal (tepatnya: sulit) gue selesaikan setelah Cala Ibi dan Max Havelaar. Ga ngerti, deh, Bumi Manusia ini kok jauh dari ekspektasi gue kalo dibandingkan dengan Gadis Pantai—my Pram’s all time favorite . Berkali-kali putus-nyambung, overlap sama beberapa buku laen, mencoba baca lagi dan rasanya susah banget menghidupkan soul -nya sampe bisa khatam smoothly . Ya mungkin salah gue juga, sih, over expectation . Tapi, coba, ya. Bumi Manusia ini buku paling populer di rangkaian tetralogi Pulau Buru, loh. Mungkin karena buku pertama sih, ya. Di Bumi Manusia karakter Nyai Ontosoroh dan Minke sangat kuat sementara Annelies yang why-she-should-be-like-that banget. How can Nyai has a daughter like Annelies, why? Emang kenapa? Menurut gue dia over manja, cheesy, and sorry to say: beyond alay. Kalo kata laki gue sih itu karena nyokapnya yang keras ke dia. Ini bukan spesifik soal karakternya dia, tapi lebih ke sikapn...