Raden Mandasia dan petualangannya (a book review)


Berburu bacaan fiksi yang bagus (menurut selera kita masing-masing) memang rada tricky, ya. Aku sendiri berada di posisi yang sebetulnya ga punya banyak waktu buat baca buku. 

Karena itu, aku mengupayakan baca buku yang "digestible" dan yang dirasa butuh aja biar ga buang-buang waktu. Jadi sebelom memutuskan beli buku, aku mengusahakan cari tau sebanyak mungkin dari review di Goodreads.

Persoalan review ini bisa jadi tricky juga, sih. Tapi karena aku udah punya semacam boundary untuk menentukan mana penulis yang betul-betul bisa aku nikmati bukunya dan mana yang engga, ini bisa menghindarkanku dari rekomendasi yang "gak perlu". 

Trus gimana kalo penulis baru?
Aku minta review dari temen yang satu frekuensi. Hehe. :))

Dulu jaman blom kerja, aku berusaha nyempetin baca buku di sela-sela segala hal. Apakah efektif? Engga. :)) 

Karena seringnya jadi keteteran ngerjain hal lain. Yaaahhh, tau kan ya ibu rumah tangga ada aja yang harus dikerjain walau ga ngerjain banyak hal juga, sih.

Setelah gawe, aku nekad bawa buku karena sebetulnya perjalanan ke kantor bisa banget dipake buat baca. Lumayan lho, satu jam di Trans Jakarta saat berangkat dan satu setengah jam naik KRL dari Jayakarta menuju Pondok Ranji saat pulang.

Kalo lagi semangat, bisa 20 halaman lah dalam seharian itu. Lumayan, kan?

Masalahnya, kalo udah baca duluan sebelum dapet duduk di Trans Jakarta atau KRL itu bakal berakhir tetep gak dapet duduk sampe turun, hahahah. Anjir, asli antara haus, capek, tapi tetep pengen nerusin baca. :))

PEGEL, BRAY!

Tapi kan, ga pegel ga baca. Yodalahya, diterima-terimain aja nasib ini. Nah, cukup intermezzo-nya, sekarang mari kita bahas bukunya Yusi Avianto Pareanom yang judulnya: Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi ini. Kuy.

Judulnya Raden Mandasia, menceritakan Raden Mandasia tapi ga pake point of view Raden Mandasia! 

Trus apakah pake POV orang ketiga?
Iya, tapi engga. :)) Pusing gak?

Memang pake POV orang ketiga (kalo dari perspektif Raden Mandasia), tapi yang dipake adalah POV 1 dari tokoh yang terlibat dalam cerita juga. 

Okay, this is something new for me. Interesting. Aku sendiri lupa apakah pernah baca fiksi dengan metode bercerita macem ini sebelumnya.

Jadi kamu akan merasa semacam kayak didongengin tentang Raden Mandasia oleh...Raden Sungu Lembu. Siapakah dia? Baca aja, ya. 

Premis ceritanya sebetulnya tentang mereka berdua yang terlibat dalam petualangan bersama yang tujuannya sebetulnya bertentangan satu sama lain. Masalahnya, Raden Mandasia gak tau soal hidden agenda-nya Sungu Lembu.

Trus, soal pencurian daging sapi ini pun unik. Raden Mandasia bukan nyolong sapi secara harafiah ya, gaes. Tapi dia nyolong DAGING SAPI. Apa bedanya? 

Dia mengerat dagingnya ketika si sapi bahkan belum sadar dia sedang dikuliti. Wtf. Dan ini jadi semacam "fetish" gitu. Adiktif dan menyenangkan bagi Mandasia. 

Hint: buku ini hanya 10% (or less?) bercerita soal pencurian daging sapi ini. Sebagian besarnya membingkai kisah sejarah diri dan kerajaan, seks dan kegembiraan ketubuhan, perang dan luka hati sampai makian di sana-sini yang aku suka banget hahahah.

Secara bahasa dan gaya bercerita, tulisan Yusi menurutku baik sekali menarasikannya. Plotnya, IMO, sedikit mirip dengan Lelaki Harimau-nya Eka Kurniawan. Mirip, ya. Bukan sama plek ketiplek.

Jadi potongan cerita di awal buku adalah pengantar untuk cerita selanjutnya. Di tengah buku aku kerasa rada kerasa bosen, sih. Apalagi waktu cerita soal Nyai Manggis. Rasanya pengen diskip, gitu. Cuma ya kan my curiosity wins. Untungnya, pace berceritanya konsisten dan masih tolerable.

Selain itu, di tengah buku, aku ngerasa soul Sungu Lembu sebagai POV 1 agak memudar--terutama setelah dia pisah dari Nyai Manggis. Agak berjarak kalo dibandingkan dengan awal cerita. Dan tetiba jadi perasa, gitu. Sensitif. Padahal kayaknya itu bocah numb sama hal-hal di luar dirinya wkwk.

Dan oh, entah Mandasia atau Sungu Lembu yang kemudian bikin aku keinget sama Bodhi. Iya, Bodhi-nya Dewi Lestari. My fiction crush. Pokoknya dia keren sedunia, no debat. Wkwkwk.

Kalo kamu, kapan bertualang bareng Raden Mandasia?[] 

Comments