Lesson learned: why ASI booster never works on me
Punya anak ketiga membuat saya makin mempersiapkan diri
untuk (((menyongsong))) masa menyusui. Berharap masa menyusui kali
ini akan jauh lebih lancar-aman-terkendali macem arus mudik. Because, both my
first and second child are I considered as breastfeed failed back then.
Chiya, hanya menyusui sampai usia enam bulan saja. Waktu itu
sempat berkali-kali nursing strike which, I didn’t notice and never did
something to make it better. Stupid me, yes I know. Puncaknya, dia nursing
strike for the whole night and totally refused to breastfeed. I prayed we were
still alive when the dawn breaking. (Lebaynyaaaa ga kira-kira.)
I did pump breastmilk, with a simple device look like a horn.
It was seriously painful, by the way. Since Chiya never likes milk, yes, she
also refused it. At last, she drank milk only less than sixty millilitres a day
until she was two or three. And she never finished it off.
Sementara Levi, di usia dua bulan sempat (((dioplos))) susu formula. Direct breastfeed hanya beberapa hari saja,
selanjutnya minum ASIP via dot. Gantian gitulah, ASIP-formula-ASIP-formula.
Awalnya saya memutuskan memberi Levi ASIP karena anak ini
begadangnya gak nanggung-nanggung. Sampai bikin orang tuanya membentuk komisi
khusus begadangan. Edanlah pokoknya. Sementara kalau kurang istirahat, produksi
ASI gak bisa memenuhi kebutuhan oroknya Levi saat growth spurt.
Riwil begadang + growth spurt + nenen kosong = ?
Kebayanglah ya, sist.
Usia tujuh bulan mamaknya tak kuat untuk konsisten eksklusif
pumping so I decided to gave up. Sorry, but I am human too. Cerita bagaimana
akhirnya saya menyerah tentu bukan keputusan karena sesuatu hal yang terjadi
kemarin sore. Berkali-kali saya coba menyemangati diri saat produksi ASIP
berkurang karena accidentially skipped pumping.
Sleep deprived + kejar tayang ASIP + restless = ?
This time, I won’t let myself give up (again). Ada banyak
sekali keunggulan ASI dari pengalaman saya menyusui selama ini. Breastfeed itu
praktis. Apalagi kalau bayinya begadangan. Dulu, saya gak pernah dikasih tahu
gimana caranya menghadapi masa begadang dengan rileks. Ada banyak tips soal
menyusui new born dengan proper latch-on etc, but there are not how to cope
with breastfeeding and sleep deprived. Not also about how to be happy with
that.
Kalau bayi begadang, susui dengan posisi tiduran. Jangan
khawatir tersedak, payudara punya sistem output yang canggih. Dan bayi sangat
jenius untuk menyusui sambil tiduran. Pada anak ketiga ini saya menyusui sambil
tiduran mungkin sekitar 90%. Most of time. Apalagi dia gak begadangan. Waktu
istirahat saya jadi jauh lebih banyak. Menyusui terasa lebih rileks. Bayi pun
lebih rileks saat menyusui. Breastfeed always makes baby soothes and calm.
Kepraktisan juga terasa kalau bepergian. We don’t need to
bring those bottles or even hot water in flask. We also don’t need to be busy
when the baby is hungry. Serius deh, rempong bener kalo bayinya mimik ASIP.
Kita juga harus selalu menghitung waktu konsumsi yang tepat. Jangan sampai
ASIP-nya expired. Let alone bottle addiction. Levi masih ngedot
loh umur tiga tahun ini :(
And oh, breastfeeding can save you money. A lot of money. Susu
bayi di bawah enam bulan itu gak ada yang murah, loh. “Semurah-murahnya”, still costs you much for daily expenses. Multiply it for the whole month. Then
see the number for the exact year. Well, we will say “parents will always give
the best—no matter how expensive it is”, but if we can save the money for other purposes, why not?
To make it short, there are a lot of advantages of direct
breastfeeding. And next, I’m gonna share about why I don’t feel like I need any
sort of ASI boosters.[]