Cinta Setengah Tiang yang tidak setengah hati. Dan manis.
Kalau ada penulis yang suka menulis dari perspektif
cinta yang sederhana, salah satunya pastilah Ieda Teddy. Aktif ikutan FF (fan
fiction) dan berpuisi di timeline-nya membuat kemampuan berbahasanya yang (menurut saya) menjadi begitu khas.
Kalau memperhatikan timenlinenya, Neng Ieda ini selalu ngetweet dengan bahasa
yang lembut, even she’s on a bad mood!
Buku pertamanya, Cinta Setengah Tiang yang diterbitkan
secara indie, adalah buku kumpulan cerita pendek yang sebagian di antaranya
adalah beberapa tulisan yang pernah diunggah ke Tumblr-nya. Di bukunya ini,
kebanyakan cerita berangkat dari setting cerita yang sederhana, cenderung
menggunakan frame kehidupan sosial seperti kisah waria, pelacur, dan potongan kecil
cerita orang-orang miskin. Walau setting yang dipakai mirip-mirip, Neng selalu
memilih inti cerita dari angle yang
berbeda-beda. Misalnya, dalam cerita Tuhanku
Selaput Dara dan Kutang Merah yang
keduanya berkisah mengenai kehidupan pelacur.
Selain itu, Neng ini sepertinya suka sekali dengan
setting atau penokohan dengan latar belakang kultur Jawa. Ada beberapa tokoh
dengan nama yang bercita rasa Jawa dan dialog-dialog dengan bahasa yang sama. Walau,
ada satu-dua cerita yang mengambil setting lain, seperti dalam Tentangmu Yang Selalu Manis.
Well,
kalau saya, dari semua cerita suka sekali dengan cerita Cinta
Tahi Kucing. Cerita itu satu-satunya cerita pendek yang panjang (bingung
ya, hehehe). Tapi benar, saat baca, saya berharap ceritanya benar-benar
panjang. Cerita itu buat saya page turner
banget. Breath taker juga. Dan saat selesai membacanya, lega. Breathtaking
is over, hehe.
Secara detail, dalam cerita itu Neng berhasil merangkai plot
cerita dengan baik. Bagaimana kehidupan si tokoh awalnya hingga kemudian
menemukan titik akhir untuk menyelesaikan cerita sekaligus nasib si tokoh
utama, semua rasanya selaras. Saya paling suka ketika pendeskripsian kamar kos
yang pengap. Berikut sekelumit petikannya:
Gadis berwajah ayu itu kebingungan dengan kamar sederhana 6x8 meter yang
berisi tiga orang gadis seumurannya tidur berjajar seperti ikan asin. Sebuah
lemari plastik miring ke kanan seperti hendak menimpa siapa saja di dekatnya.
Udara kamar terasa pengap semenjak pintu dibuka.
Kalau melihat kecenderungan isi cerita, mungkin Neng
butuh mengeksplorasi tema serta setting cerita-cerita berikutnya. Misalnya
dengan membuat cerita berlatar belakang masyarakat Toraja atau Thailand. Atau
kisah-kisah Jawa masa lalu, sepertinya asyik juga. Ini sih ekspektasi pembaca,
ya. Hehehee… Di luar itu, saya salut dengan konsistensi menulisnya yang kerap
menyempatkan diri menulis dari fitur notes
di smartphone-nya. Salah satu yang harus dipunya bagi penulis.[]
PS:
kalau beli sama orangnya langsung, selain dapet tanda tangan, bisa dikasih puisi singkat juga lhoo ^^ (kindly mention her @iedateddy on twitter)
Comments
Post a Comment