Life as a journey

Saya baru saja menempuh sebuah perjalanan panjang tempo hari. Perjalanan yang hampir separuh lebih umat muslim Indonesia ikut melakukannya. Mudik. Ritual pulang ke rumah dan membawa nostalgia masa lalu. Tapi bukan itu yang mau saya bahas, yang ingin saya bicarakan adalah esensi perjalanannya.

Entah, kadang saya begitu merindukan sebuah perjalanan. Kinda miss a very long trip or just a short vacation. Tapi yang saya rindukan justru perjalanannya, bukan tujuannya. Jadi, seandainya saya akan melakukan sebuah perjalanan untuk berlibur, bagi saya hal yang paling menarik justru bagian perjalanannya, bukan saat sampai tujuan dan liburannya. Entah kenapa, saya begitu menikmati duduk di pinggir jendela dan melamun. Mengamati kehidupan di luar sana. Menikmati posisi saya sebagai penonton semesta ini.

Ada tempat-tempat yang saya sukai ketika saya berada di pinggir jendela. Misalnya, pasar. Bagi saya pasar di sebuah kota kecil merupakan jantung perekonomian. Meski bukan mall dan hanya beberapa gedung toko serba ada (Toserba), saya senang melihat bagaimana kehidupan di sana bergerak dan melaju. Menyaksikan orang-orang berdesakan mencari baju lebaran, menyaksikan orang berpanas-panasan, dan menyaksikan bagaimana jumlah motor matik semakin banyak dan mendominasi.

Sesederhana itu. Namun, ada hal lain yang kemudian memantik saya ketika saya melamun di pinggir jendela: melakukan kontemplasi diri. Berrefleksi pada bayangan diri selama ini. Melakukan koreksi atas rancangan mimpi-mimpi. Saya bisa menghabiskan waktu selama perjalanan itu untuk kemudian membongkar-pasang kembali rencana-rencana selama ini. Dan selama itu pula, saya mencatat apa saja yang saya dapat dari hasil “melamun”itu.

Sewaktu saya masih kuliah dan kerap bolak-balik Jogja-Jakarta-Jogja, saya sering mendapat “inspirasi” ketika dalam perjalanan pergi atau pulang. Biasanya sih, inspirasi sudah mulai membayang ketika perjalanan berangkat. Dan semakin mewujud rancangannya ketika sampai tujuan. Jadi, kadang rasanya ingin cepat-cepat pulang karena tak sabar ingin mewujudkan mimpi :D

Saya akhirnya mendapatkan sebuah metafora bahwa hidup itu bagaikan sebuah perjalanan. Entah itu perjalanan mudik atau sekedar perjalanan rutin dari rumah ke kantor. Kadang pasti ada saja hambatan dalam sebuah perjalanan (hidup). Entah itu macet, jalan rusak, tersesat, atau mobil mogok. Kita bisa saja membuat target atas dasar estimasi waktu yang biasa ditempuh, namun yang ada diluar jangkauan kita adalah hal-hal yang menjadi hambatan tadi. Bisa jadi waktu tempuh kita jadi semakin molor atau bahkan tujuan kita jadi berubah. Ambil contoh dari pengalaman saya. Awalnya kami mengestimasikan waktu tempuh Jogja-Jakarta sekitar 12 jam. Siapa yang bisa menyangka, meski kami sudah menghindari macet dengan memilih jalur selatan (Bandung), kami akhirnya sampai Jakarta selama 28 jam!

Tujuan dalam hidup itu niscaya. Namun merancang back up plan juga merupakan hal yang perlu dilakukan sebab kita takkan pernah mau kehilangan mimpi hanya karena bertemu satu-dua hambatan. Back up plan juga sebagai alternatif menuju mimpi. Mungkin, kita tak harus mencapai mimpi melalui cara atau jalan utama. Jalan alternatif juga bisa ditempuh walau dengan kondisi dan jarak tempuh yang berbeda dengan yang utama.

Overall, the point is: you had to have a dream, a destiny where you will go. No matter what. Kasarnya, gaji itu hak, bekerja itu tanggung jawab dan apa yang bernama aktualisasi diri is what drives you most to life. Aktualisasi diri tidak melulu tentang bekerja kantoran. Jangan sampai hidup hanya diisi rutinitas robotik yang menjemukan. Jangan sampai aktivitas konsumtif mendominasi sehari-hari. Berdayakan diri, buat diri sendiri mandiri. Ubah tujuan yang sifatnya materi sebagai reward atas sebuah pencapaian diri. 

Life is like a journey. You have to know where is your destiny, now just mapping the way you go there.

Have a nice trip, everyone![]



Comments

  1. "Life is like writing an article. We need to make a framework, write in details, make it interesting and useful for anyone who read it. But sometimes we put a wrong words, wrong grammar, and our writing is failed,.. In every writing, we definitely need someone to check, review, add and edit in order to make our writing more perfect". Isn't it? :)

    ReplyDelete
  2. setuju bunda dengan life is a journey ... dan kita adalah temen yang ketemu di tengah perjalanan kita, smga bisa saling memberi manfaat ya ...

    ReplyDelete
  3. maap para blogger women, baru bisa blogging dan baca-baca komentarnya (telat banget ndak siihh).

    yak, setuju semua! mari mengisi hidup dengan cinta dan tetap semangat...!! ^___^

    ReplyDelete

Post a Comment