Mami, sebuah cerita

Saya menyebut ibu saya dengan panggilan Mami. Entah sejak kapan. Yang saya hanya ingat hanyalah bahwa saya kurang suka dengan panggilan "ibu". Jadilah saya mengubah panggilan ibu dengan Mami. Dan yang penting ia tidak protes. Bahkan adik saya juga ikut-ikutan menggunakan nama panggilan itu. Meski untuk bapak, saya tetap memanggilnya Bapak. Saya pun sadar kombinasi Mami dan Bapak tidaklah cocok didengar. namun bagaimana pun saya lebih senang memanggilnya Mami. Sampai sekarang.

Beliau masih mengajar di sebuah SD negeri di daerah Bintaro. Saya begitu senang mendengar cerita-ceritanya tentang murid-muridnya. Banyak yang lucu-lucu. Ceritanya yang paling baru adalah tentang salah seorang muridnya yang baru saja kehilangan ponsel. (Sekolah Mami memang banyak terdapat anak-anak orang kaya.) Nah, setelah anak yang kehilangan ini cerita kepada orang tuanya, lalu orang tuanya pun menyampaikannya kepada Mami. Sebagai langkah awal, Mami dan ibu dari anak itu menggeledah isi tas semua anak di kelas itu. Dan nihil. Ponsel yang hilang itu belum juga ditemukan.

Kira-kira sudah beberapa waktu berlalu, Mami lalu berdiri di tengah ruang kelas dan menyampaikan sesuatu. Katanya, 
"Ibu minta waktu kalian selama kira-kira setengah sampai satu jam. Karena ada hal penting yang mau Ibu sampaikan di sini. Karena ponsel si A belum juga ditemukan, maka kemarin Ibu mendatangi "orang pintar" untuk meminta petunjuk. Lalu "orang pintar" itu mengambil air dalam wadah. Katanya, wajah si pencuri ponsel itu bisa terlihat dari air dalam wadah itu. Setelah dibacakan mantra dan doa, air yang tadinya bening lama-lama muncul sesosok wajah. Dan Ibu kenal anak itu."
Seisi kelas lalu riuh. Banyak yang kemudian bertanya-tanya, "siapa, Bu? Siapa, Bu?" Bahkan ada yang hampir menangis. Mami melanjutkan, "kalian yang tidak merasa mengambil, tidak usah takut. Jika memang kalian tidak melakukannya, buat apa takut? Nah, sekarang yang Ibu mau adalah: tolong kembalikan ponsel teman kalian itu. Apabila merasa tidak enak, bisa temui Ibu di kantor guru. Atau datang ke rumah Ibu juga tidak apa-apa."

Dan cerita itu pun menunjukkan kekuatannya. Kira-kira dalam sebulan, ponsel itu kembali. Kembali pulang ke dalam tas pemiliknya. Saat itu pemiliknya pun sudah tidak ingat lagi. Namun, ibunya yang membereskan tasnya menemukan ponsel itu.Kata Mami, sampai sekarang anak yang pernah kehilangan ponsel itu tidak pernah membawa ponsel ke sekolah lagi. Mungkin ia takut kehilangan lagi.

Lalu saya bertanya, "memangnya Mami benar-benar ke "orang pintar"?"
"Ya enggak lah...", jawabnya santai.
"Lha? Bohong dong itu namanya."
"Ya memang bohong. Tapi itu kan siasat untuk memaksa si pencuri untuk jujur."
"Tapi memangnya Mami sebetulnya tahu siapa si pencuri?"
"Ada sih, seorang anak yang Ibu (ia tetap memanggil dirinya Ibu, meski saya memanggilnya Mami) curigai. Ia tadinya duduk sebangku dengan anak yang kehilangan ponsel. Namun setelah kejadian kehilangan ponsel itu, ia pindah tempat duduk. Selain itu, ia yang aslinya nakal dan berisik, tiba-tiba jadi diam dan anteng. Dalam hal ini, boleh dong, berbohong. Toh, ada hasilnya kan?"

Iya juga sih, Mi...

Comments

  1. hihi..bijak skali ya mami bunda anggie...like this dah! brarti mami mba' uda senior bgt yah jadi guru? wooww...beruntungnya chiya punya eyang mami:)

    ReplyDelete
  2. mb anggi...
    *clingak clinguk di rumah orang*
    mana nih tulisan barunya
    sidak sibuk dengan papih chiya ya^^

    ReplyDelete
  3. @ azzah: udah sepuh, zah... hahaha... aduh, beliau itu punya banyaaakkkk sekali cerita ttg pengalamannya dengan anak2.. dia role modelku dalam soal bersabar menghadapi anakku, Chiya.. ceritanya lucu2 deh...hihihi...

    @ mbak shendy: haha... dah gak ol di rumah, jadi males kl hrs ke warnet. paling sesekali bwt cek email aja... aduh, sibuk apaan ityuuuu??? hahaha...

    ReplyDelete
  4. mbak shendy, aku dah liat blogmu, tampilan baru ya?? lebih seger lhoo... tapi blum ada postingan baruuu.... hayuk nulis lagii... sibuk apa mbak??

    ReplyDelete

Post a Comment